10 Juni 2012, Yogyakarta bandara
Adisutjipto. Pagi yang cerah di bandara. Begitu masuk ke area bandara aku
dijamu oleh pengrajin batik. Kasian
banget ini mba-mba ngebatik sendirian apa gak bosen ya. Namun beberapa
wisatawan asing menyempatkan diri untuk menemaninya. Melihat dari kejauhan,
memandang kagum. Sambil menunggu bagasi, aku ikut mengagumi pengrajin batik. Tangannya ulet banget ya, bisa fokus gitu
ngerjainnya.
Asli dari Indonesia. From Indonesia |
Oiya,
aku pergi ke Yogya dalam rangka mencari tempat
kos. Mencari “rumah”ku di Yogya. Ternyata mencari tempat kos dapat
menjadi cerita penuh gizi dan filosofi. Sebuah dilema dari dua buah
tempat kos.
Kos
pertama. Tempat kosnya Miraz, teman SMA-ku yang lulus setahun lebih
dulu. (Nama panjangnya bukan Jason Miraz ya) Kamar yang akan aku tempati
adalah hasil dari negosiasi antara aku. Miraz, dan yang empunya kos.
Negosiasi yang telah berjalan dari bulan Mei. Biasanya disebut booking
atau tag (entah tulisan yang benar tag atau take, yang jelas lisannya
adalah tek. Dan yang jelas bukan bagian dari Mie tek tek)
Hari
ini aku dan ayahku akan pergi ke tempat kos pertama. Sebut saja kos X.
Jangan berpikir kos X terdiri dari samping per miring. Untuk mencari kos
X aku butuh tiga sisi segitiga yang diketahui.
Tiba
di kos X, aku bertemu Miraz. Senang mendapat teman di kos-kosan, aku
langsung merasa betah. Padalah, kamar yang aku tempati terbilang sempit.
Apalagi kamar mandinya, memang isinya sudah bagus. Ada semprotan, WC
duduk, dan shower untuk mandi. Namun untuk jongkok di WC, aku harus
berkelahi dengan tembok. Beradu lutut, yang simpelnya disebut kejedot.
Jarak antara shower dengan WC entah berapa hasta. Jika aku mandi, limbah
sabun mandiku akan terlihat di WC.
Kelebihan
dari kos X ini adalah persahabatan. Suatu kelebihan yang tidak dapat
dibeli siapapun. Terbentuk alami oleh reaksi biologis-kimia, orang-orang
sering menyebutnya chemistry. Tempat kos tidak terlalu sepi namun tidak
terlalu ramai. Atmosfer positif membubung di udara. Terlebih di sini
ada Miraz.
Kos
kedua, sebut saja kos Y. Tidak ada korelasi antara kos X dengan kos Y.
Berada di sumbu positif atau negatif. Semua tidak ada hubungannya. Oh,
namun ada pengecualian. Kos X dan kos Y memiliki gradien yang sama. Kos X
dan Kos Y sejajar, mX=mY. hanya terpisah oleh beberapa langkah kaki.
Aku menemui kos Y ketika sedang berjalan ke Masjid.
Maksud
dari gambar kucing ini adalah kesejajaran mereka. Gradien kucing hitam =
Gradien kucing kuning. Sama dengan kos X dengan kos Y. Bedanya kucing
hanya terpisah beberapa mili. Kos X dan kos Y terpisah beberapa meter.
Kos
Y adalah kos yang baru terbentuk. Izinnya saja masih dalam proses
pengukuhan. Bangunannya masih baru dan lebih luas. Kamar mandinya juga
lebih mumpuni, aku tidak perlu berkelahi dengan tembok. Dari segi
kualitas, Kos Y unggul beberapa dekameter dari kos X. Sedangkan dari
segi harga, hanya berbeda beberapa jengkal.
Namun kos Y terbilang sepi. Persahabatan intra-kos sulit ditemukan. Satpamnya juga cuma sampai jam 12, sedangkan kos X 24 jam. Jika aku pulang larut malam karena urusan kuliah, haruskah aku tidur di Masjid.
Ayahku menaruh hatinya di kos Y. Aku? Ngambang, bingung, dilema.
Dua
buah kos yang jauh berbeda. Aku harus pilih yang mana? Terlebih aku
gakenak sama Miraz, dia udah mau ngebooking tempat di kos X. Tapi
kualitas kos Y jauh lebih bagus. Sedangkan aku mencari "rumah" di Yogya.
Suatu tempat dimana aku harus merasa nyaman. Terlebih, kuranglebih
selama lima tahun aku akan tinggal. Aku harus nyaman, hmm.
" Udah kalo gaenak hati gausah dipikirin. Kan kita juga belum deal sama kos X. Miraz juga orangnya baik kan, dia bisa ngerti"
Memang
benar kita belum deal. Dan pindah kos adalah hal yang lumrah. Namun aku
benar-benar bingung. Dua kos ini memang bergradien sama, tapi sifatnya
jauh berbeda. 2-2nya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku
sungguh bingung.
Semalaman
aku berpikir. Akhirnya aku putuskan untuk pindah ke kos Y. Menurutku
kos Y lebih menjanjikan. Dan ayahku juga bilang, sudah ada yang booking
di kos X, Saat aku pindah, tak ada yang tersakiti. Kos X tetap penuh,
kos Y juga penuh. Dua kos ini bagus, namun sebagai manusia aku harus
memilih. Yang tidak aku suka, efek samping memilih adalah meninggalkan.
Kalau tidak dipilih mau tak mau ditinggalkan.
Memilih
kos-kosan menyadarkanku akan sesuatu. Memilih, dipilih, meninggalkan,
ditinggalkan. Untuk menjadi yang dipilih harus memiliki kualitas baik
dan kecocokan dengan yang memilih. Jika hal-hal tersebut hilang, pilihan
yang harus diterima adalah ditinggalkan. Kejamnya dunia. Namun itulah
dunia. Menuntut yang terbaik. Menuntut sebuah kepantasan
Aku
sadar untuk mendapatkan yang terbaik aku harus melakukan yang terbaik.
Untuk dipilih oleh yang terbaik aku harus pantas untuk yang terbaik.
Semua berkorelasi positif.
Seperti memilih dua jalan. Kanan atau kiri. Jalan ke kanan mulus dan beton. Jalan ke kiri sudah rusak dan bolong-bolong. Yang akan dipilih adalah jalan yang mulus dan beton, asalkan tempat tujuannya cocok. Seperti mencari seorang jodoh, naluri manusia mencari yang terbaik, asalkan cocok.
Seperti memilih dua jalan. Kanan atau kiri. Jalan ke kanan mulus dan beton. Jalan ke kiri sudah rusak dan bolong-bolong. Yang akan dipilih adalah jalan yang mulus dan beton, asalkan tempat tujuannya cocok. Seperti mencari seorang jodoh, naluri manusia mencari yang terbaik, asalkan cocok.
Aku
menyadari itu dari mencari rumah di Yogya. Aku harus menjadi yang
terbaik, sehingga pantas untuk yang terbaik. Dan Tuhan telah berfirman,
bahwa manusia mendapat bagian sesuai dengan apa yang diusahakannya.
sumber gambar:
awinphoto.com
dskon.com
id-id.facebook.com
No comments:
Post a Comment